Hidup Berkeluarga Merupakan Panggilan Dari Tuhan (Kej 2:18-24)
Yang dimaksud panggilan disini bukan berupa cara memanggil seperti ayah-bunda atau bapak-ibu. Tapi maksudnya adalah panggilan hidup. Tuhan memanggil setiap orang sesuai dengan talenta masing-masing. Ada yang dipanggil untuk menjadi biarawan-biarawati dan ada yang terpanggil untuk berkeluarga dan untuk menjadi orangtua bagi anak-anak.
Memasuki Hidup Berkeluarga Dimulai Dengan Janji Setia Didepan Altar Dengan Kehendak Bebas (Mrk 10:6-9)
- Cinta. Berkeluarga dimulai dari proses perkenalan antara laki-laki dan perempuan dalam kesetaraan. Selanjutnya saling jatuh cinta; dan setelah saling ada kecocokan diantara mereka, kemudian memutuskan untuk menikah dengan segala konsekuensinya.
- Janji Setia. Dalam tata-cara GK, pasangan tersebut akan saling berjanji setia didepan Altar Suci. Dengan saling mengasihi dalam untung dan malang, dalam suka dan duka sampai ajal menjemput salah satu dari mereka.
Dalam Pendidikan, Orangtua dan Anak Adalah Sama-sama Subyek
- Kasih Sayang. Dalam pendidikan, hubungan keduanya adalah subyek dengan subyek, bukan subyek dengan obyek; dalam semangat kasih sayang
- Kebutuhan Anak. Karenanya orang-tua hendaknya tetap juga memerhatikan dan mau memahami kebutuhan anaknya.
Modalnya adalah iman dan cinta.
Pendidikan Iman Dalam Keluarga
Yang dimaksud iman disini adalah jawaban manusia atas pewahyuan Allah dalam diri Yesus Kristus. Percaya kepada Allah yang mewahyukan DIRI-NYA dalam rupa manusia yaitu Yesus Kristus.
Dalam perbuatan nyata : Orang tua mengenalkan anak-anaknya kepada Allah, dengan perbuatan nyata (Ibr 11:1-3)
- Iman tidak identik dengan agama. Iman tidak sama dengan agama
- Iman tumbuh berkembang dalam kenyataan hidup
- Pengalaman iman memerlukan pengalaman cinta ditengah keluarga
Mencintai Pasangan Sebagai Proses Beriman
a. Proses menerima "pasangan sebagai anugerah" :
Menerima : Proses menerima diri sendiri dan menerima orang lain.
Anugerah : Tidak ada yang "kebetulan", melainkan pasangan adalah orang spesial yang dianugerahkan Allah (Kej 2:21-23)
Unik : Manusia adalah unik dan tidak ada yang sama karena unik-nya
b. Proses menerima "anak sebagai anugerah"
Apa adanya : Siapapun dan bagaimanapun adanya mereka
Rahmat : Mereka bukanlah kebetulan tetapi sungguh rahmat. Kita wajib mencintai dengan segala keberadaan mereka. Anak laki-laki atau perempuan sama saja, tiap anak memiliki ciri-ciri khusus.
Tanggungjawab : Anak berhak mendapatkan cinta orangtua dan orangtua wajib membesarkannya dengan penuh tanggung-jawab.
c. Proses mencintai pasangan dan bersama pasangan mencintai anak-anak secara utuh : (Mat 22:37-40)
Kelebihan/kekurangan : Mampu menerima dan mengakui kekuatan dan kelemahan, kelebihan dan kekurangan mereka masing-masing
Adil : Orangtua hendaknya memerlakukan mereka secara adil, tidak pilih kasih. Tidak ada anak yang menyebabkan kesialan bagi orangtua.
Kewajiban sama : Orangtua memunyai kewajiban sama untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Tanggung-jawab itu tidak berada pada satu pihak saja. Yang membedakan adalah waktu yang tersedia oleh karena kepadatan kegiatan mereka sebagai orang-tua.
Menyediakan waktu : Hendaknya tersedia waktu orangtua bersama-sama dengan anak-anak untuk acara keluarga, maupun acara Gereja.
Peran Orangtua : Menjadi Pasangan Bagi Anak
- Sebagai pemberi dan penyedia wahana
- Tempat Sosialisasi : Keluarga adalah tempat sosialisasi dan tempat pendidikan iman serta pelatihannya, yang pertama dan terutama
- Tempat Berkonsultasi : Anak dapat berkonsultasi dan mencurahkan isi hatinya
- Mendampingi dan menyertai (sebagai motivator)
- Tempat Berlatih : Keluarga adalah sekolah; tempat bapak-ibu-anak berlatih mengikuti Yesus untuk menjadi muridNya (Ulangan 6:4-9)
- Gereja Mini : Keluarga sebagai Gereja mini, tempat relasi kasih dan iman kepada Kristus yang menjadi dasar hidup
- Sebagai model, sahabat dan guru
- Saling mengasihi : Keluarga merupakan tempat untuk saling mengasihi, saling mengasuh dan saling mengasah
- Terpercaya : Orangtua adalah sahabat yang terpercaya bagi anak, tempat untuk berbagi rasa suka dan duka
- Nilai Luhur : Orangtua adalah guru, pengajar nilai-nilai kehidupan yang luhur (Amsal 3:1-26)
- Tumbuhkan kebiasaan anak untuk berdoa sendiri dan bersama
- Tumbuhkan kebiasaan orangtua memberkati atau mendoakan anak
- Meneruskan iman : Orangtua adalah mitra gereja dalam meneruskan iman Kristiani dari generasi ke generasi
Model Pendidikan Iman Dalam Keluarga
Dasar pendidikan iman dalam keluarga adalah kasih (1 Korintus 13:4-7)
1. Dengan kata-kata
Menyapa dengan kehangatan dan mengungkapan pujian, dalam hal melarang gunakanlah kata-kata yang santun. Kata-kata memunyai kekuatan yang besar, baik untuk hal-hal positif maupun hal-hal negatif.
2. Dengan latihan dan kedisiplinan
- Melatih anak-anak sejak dini untuk berdoa secara teratur
- Anak-anak juga perlu dilatih untuk belajar tanggung-jawab; jangan biarkan menjadi manja atau semena-mena
- contoh : diberi tugas rumah, belajar menolong sesama, memilih bagi mereka hiburan, tontonan dan bacaan yang sesuai
- Orangtua hendaknya menjadi model dan contoh kebanggaan bagi anak, bukan hanya atas kesuksesan materi saja melainkan terutama atas keimanannya kepada Tuhan Allah
- Meneladani anak-anaknya dengan sikap dan perbuatan baik; bagaimana bersikap kepada saudara, kepada teman, bahkan kepada musuh
- Contoh perilaku harus konsisten, jangan sekali-kali saja.
4. Dengan kesaksian hidup keagamaan yang dijalani oleh orangtua
Bila orangtua menyadari untuk selalu mengikut sertakan Allah dalam setiap kegiatan mereka, maka anak-anak pun menjadi biasa :
- berdoa pagi/malam/makan/bersyukur
- mengikuti Misa pada hari minggu dan hari besar
Keluarga adalah sekolah hidup. Tumbuh kembangnya anak-anak sangat tergantung pasangan S-I secara bersama-sama.
Masyarakat melihat keberhasilan keluarga dari bagaimana keluarga itu bersama tumbuh berkembang, saling mencintai, dan selalu menghadirkan Tuhan.
Keluarga adalah Gereja Kecil, atau disebut Gereja basis. Termasuk pula keluarga adalah sumber lahirnya panggilan untuk pelayanan
No comments:
Post a Comment