December 08, 2014

Sebelas Patriot

Malem minggu kemaren gue menghabiskan beberapa buku lagi buat dibaca. Cuaca mendung seharian dan gak ada orang dirumah. Simamah kondangan kepekalongan, si bontot jalan-jalan kebandung, adek gue yang cowok pacaran, dan siabang malah kongkow bareng bapak-bapak disamping rumah. Mau nonton tv, ga minat sama acaranya. Mo nonton film, flashdisk gak kebaca... yaaa sudahlaaahh.. baca buku aja.

Karena besok paginya gue harus koor Lektor jam 6.30 pagi trus nyambung tugas PA (pengantar acara) buat baptisan bayi dan anak, makanya gue gak mau baca buku yang tebel-tebel, takut gak tidur-tidur. Akhirnya gue pilih yang tipis aja, salah satunya Sebelas Patriot karangan Andrea Hirata.


Dari awal terbit, gue gak tertarik beli buku ini. Selain karna tipis, buku ini berisi tentang sepak bola dan gue kurang hobi sama bola-bolaan.
Tapiii... berhubung kemaren di bukabuku lagi ada diskon dan harganya jadi 15ribu sajah.. akhirnya beli juga deh, dan ternyata ada bonus cd berisi 3 lagu tentang bola yang lirik dan aransemen lagunya dibuat sendiri oleh Andrea Hirata (gue sih kurang suka lagunya).

Isi buku ini ternyata bener-bener ngebahas tentang bola aja, soal ikal yang jadi hobi bola dan terobsesi menjadi pemain PSSI.

Alkisah Ikal menemukan album foto yang disimpan tersembunyi oleh ibunya. Dalam album itu ada foto seorang pria muda yang sedang memegang piala dan berkostum bola. Foto itu lantas Ikal simpan dan akan dicari tahu siapa gerangan anak muda yang ada difoto tersebut.

Suatu hari terjawablah siapa orang yang ada difoto itu. Tak lain dan tak bukan adalah ayahnya Ikal sendiri. Sang pemburu yang sudah sepuh menceritakan pada Ikal bahwa sewaktu muda, ayahnya beserta kedua saudaranya adalah pemain bola yang berprestasi. Mereka selalu mengalahkan lawan tanding mereka dengan permainan yang cantik, dan ujung tombaknya adalah ayah Ikal sendiri.
Mereka bertiga, Sulung, tengah dan sibungsu yaitu ayah Ikal. Kombinasi mematikan apabila mereka sudah bermain dilapangan.

Sayangnya ayah Ikal hidup dalam masa penjajahan belanda, sehingga kemampuannya yang gemilang justru membawa petaka baginya. Belanda tidak suka bila ada pribumi yang mengalahkan tim bolanya saat pertandingan yang diselengarakannya.
Ayah ikal yang berprestasi harus merelakan tulang kakinya remuk hingga tidak dapat bermain bola lagi seumur hidupnya. Hal itu didapatkannya disaat Belanda melarangnya untuk terus ikut pertandingan sepak bola.

Dari cerita itulah Ikal paham mengapa ibunya menyimpan rapat-rapat foto-foto kenangan ayahnya. Rupanya sang ibu tidak mau ayah Ikal mengenang kembali kepahitan masa mudanya. Dan dari cerita itu pulalah Ikal bertekad menggantikan ayahnya untuk menjadi pemain PSSI. 

Ikal berlatih sangat keras untuk tekadnya yang satu ini. Disetiap kesempatan ada, pasti selalu diisinya dengan bermain sepak bola. Dan agar posisinya sebagai sayap kiri semakin bagus, maka Ikal mulai melatih dirinya dengan mengaktifkan sistem tubuh kirinya menjadi yang utama dalam mengerjakan semua hal, sampai sisiran rambutpun potongannya belah kiri.
Karna semangatnya berlatih, akhirnya Ikal berhasil masuk untuk kualifikasi pemain PSSI. Tinggal selangkah lagi menjadi pemain PSSI..!!

----------------- 0 0 ----------------

Baca buku ini bikin gue nangis 2 kali. Cara ayahnya Ikal yang lembut mendidik anaknya dan cara Ikal yang selalu bertekat membuat ayahnya bahagia bikin gue nyaris nangis tersedu-sedu. Untungnya gue lagi sendirian dikamar, kalo gak.. pasti digodain abis-abisan sama abang.
Gue suka banget hubungan ayah-anak dicerita ini. Dan bagi gue beginilah seharusnya seorang ayah mendidik anak lelakinya. Tanpa ada bentakan, pukulan dan paksaan agar si anak mengikuti kemauan orangtuanya, tapi tetap menjadikan si anak selalu berusaha membuat ayahnya bangga dengan caranya sendiri.

Sayangnya buku ini tipis banget buat cerita-cerita yang dibuat seorang Andrea Hirata. Yaaah mungkin kalo diceritain panjang-panjang, ntar ngebosenin kali yaaaaa...

No comments: